SAMBEI ATAU NYAMBEI

TRADISI LISAN

nyambei  atau masyarakat sering  menyebutnya dengan istilah ngandak, nyambei dan ngandak merupakan dua aspek  yang merupakan satu-kesatuan,  apabila dalam tarian  kejai dilakukan ngandak maka itu merupakan saatnya nyambei, akan tetapi nyambei dapat dilakukan pada saat selain ngandak. Misalnya, nyambei yang dilakukan pada saat sekadar berkumpul bersama seluruh warga  desa pada  malam  hari,  untuk bercerita  dan  menjadi  hiburan,  selain  itu  ngandak hanya dilaksanakan pada saat kejai. kejai merupakan sebuah perhelatan besar yang tidak terpisahkan dengan tari kejai,  begitu pula hubungannya tari kejai dengan  nyambei,  setiap menari kejai pasti diawali dengan sambei kemudian dilanjutkan di tengah-tengah menari. Sedangkan sebaliknya nyambei dapat dilaksanakan di luar pelaksanaan tari kejai. Orang-orang  biasa melantunkan  nyambei tidak  hanya pada  saat tari  kejai, tetapi juga  dilantunkan  pada  saat-saat  penting  lainnya  seperti  kematian,  atau  pada  saat berkumpul-kumpul  di malam  hari  saja.  Sambei  yang  dilantukan  pada  saat  menari  kejai dikenal dengan istilah sambei andak, sedangkan sambei yang dilantunkan di luar menari kejai disebut  sambei saja.  Lirik syair  dan  pantun  sambei  tidak  memiliki pakem  khusus,  hal ini tergantung kreatifitas dan kemahiran pesambei dalam merangkai syair sambei. Pada saat  nyambei, orang  yang melantunkan  sambei biasanya menutup wajahnya dengan sebuah kipas atau kain atau kulit  kayu sambil diiringi dengan suara sedem  atau suling bambu.  Tidak sembarang  orang  bisa melantunkan  sambei, karena  untuk  nyambei memerlukan  keterampilan  dan  bakat  dalam  olah  suara.  Orang  yang  bisa  menyambei biasanya adalah orang yang memiliki suara yang indah. penggunaan penutup wajah seperti kipas atau kain pada zaman dahulu dipercaya sebagai filter suara agar menjadi lebih lantang dan jernih.