DAPUR TRADISIONAL

TEKNOLOGI TRADISIONAL

Dapur Rumah Tangga.

Bangunan dapur rumah tangga tradisional terletak di bahagian belakang bangunan rumah tempat tinggal, dan rumah tempat tinggal ini merupakan bangunan induk. Jadi bangunan rumah dapur ini merupakan bahagian dari keseluruhan rumah. Karena bangunan rumah dapur terletak di bagian sebelah belakang berarti aman dari air limbah dapur. Karena air limbah dapur langsung di alirkan ke belakang rumah tersebut. Selain itu penghuni rumah atau luar orang yang memasak, tidaknterganggu dengan kegiatan-kegiatan dapur karena bangunan rumah dapur dibuat khusus dan terpisah. Sebagai pertimbangan lain sebagai alasan dibuat bangunan dapur yang ada antara nya dengan bangunan rumah induk adalah untuk menghindari terlalu banyak masuknya asap dapur kedalam rumah. Karena asap dapur akan menimbulkan “kelatu” atau berupa debu hitam yang dapat mengotori rumah dan isinya.

Dapur umum

Dapur umum akan diselenggarakan apabila ada upacara-upacara besar antara lain bimbang adat atau upacara perkawinan, sedekah ramo atau upacara syukuran tahunan, kenduri habis panen dan upacara menundang benih padi. Biasanya bangunan dapur umum ini dibuat tersendiri dan terpisah agak jauh dari bangunan rumah tempat tinggal, atau berjarak lebih kurang 8 meter dan terletak di sisi kiri atau kanan rumah tersebut. Lokasi dapur umum perlu di beri jarak yang agak jauh dengan bangunan rumah, karena perlu memisahkan kegiatan di rumah dengan kegiatan di dapur umum. Pada waktu sedang diselenggarakan upacara, situasi akan menjadi ramai dengan undangan dan undangan harus dijaga dari gangguan-gangguan yang dapat meresahkan, seperti gangguan asap dan kesibukan dapur umum.

Dapur Perusahaan Rumah Tangga

Dua Macam dapur  perusahaan rumah tangga, adalah dapur megolah gula enau yang disebut “keran” dan dapur pada pondok pengadangan  yang mengolah masakan-masakan tradisional. Dapur podok pengadangan tidak terdapat di perkarangan rumah. Dapur ini didirikan di tepi jalan raya yang mungkin jaraknya cukup jauh dengan rumah tempat tinggal yang punya. Lain halnya dengan keran. Keran ini dibangun di lingkungan pekarangan rumah, karena setiap masak air nira (sajang) perlu pengawasan aktif dari pengelola.

Air dan sampah pembuangan dapur

Air dan sampah buangan dapur dapat menggangu kehidupan rumah tangga atau menggangu kesehatan lingkungan bila mana tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Untul itu masyarakat telah memperhatikan masalah limbah air dan limbah dapur ini walaupun usahanya terbatas sekali pada kemampuan dan pengalaman yang mereka milliki. Dalam bangunan rumah tangga tradisional, dibangun suatu ruangan yang khusus untuk membuang limbah air atau tempat menumpahkan air kotor. Sedangkan untuk membuang sampah dapur, disediakan suatu lokasi pembuangan sampah, biasanya terletak di bagian belakang rumah yang berjarak paling kurang 20 meter dari rumah. Bagi penduduk yang rumahnya rapat atau padat dan di belakang rumahnya tidak memungkinkan lagi untuk membuat tempat pembuangan sampah sendiri, mereka membuat tempat pembuangan sampah secara berkelompok. Tempat pembuangan sampah tersebut oleh masayarakat dinamakan “kapaghan”. Sedengkan bangunan khusus untuk tempat pembuangan air disebut “gaghang”, yang nama gaghang ini merupakan bahagian dari bangunan rumah dapur tradisional.

Tempat mencuci

Para ibu rumah tangga atau anak gadis cukup disibukkan oleh kegiatan dapur rumah tangga ini. Kerja mereka tidak sampai kepada memasak-memasak saja, tetapi sampai selesai makan mereka masih tetap bekerja, seperti mencuci peralatan masak dan peralatan makan minum. Pekerjaan mencuci peralatan memasak dan peralatan makan minum ini dilakukan pada bangunan geghang. Tujuan nya supaya air tidak membbahasi rumah dapur dan air bekas mencuci tersebut dapat dibuang langsung atau ditumpahkan pada lantai geghang tersebut. Untuk mencuci peralatan dapur atau perlatan makan, sering digunakan “capa kayu” atau baskom yang terbuat dari kayu. Benda yang dicuci dimasukan kedalam baskom, digosok dengan sabut kelapa dengan memakai mbowo atau abu dapur. Sekarang ini orang telah banyak mengganti capa kayu dengan baskom yang terbuat dari plastic dan telah banyak pula orang mengganti abu dapur dengan sabun cuci. Ada sedikit pengecualian khusus untuk rumah orang yang dekat jaraknya dengan sungai, mereka sering mencuci peralatan dapur dan peralatan makan ini di sungai. Cara ini lebih efektif dan dapat membersihkan peralatan lebih sempurna dan lebih cepat selesainya.

Tempat menngringkan

Dahulu, perlengkapan makan seperti; piring, cangkir, sendok dll, sehabis dicuci langsung diletakkan kedalam tempat mengeringkan yang disebut “rantang”. Rantang ini terbuat dari rotan bulat yang dianyam dalam bentuk bulat. Anyaman rantang tersebut tidak rapat atau berlobang-lobang yang agak besar. Perlengkapan makan tersebut dimasukan dalam posisi miring yang tujuan nya supaya air yang masih melekat pada peralatan tersebut terus berangsur turun sehingga peralatan makan tersebut menjadi kering. Sedangkan untuk peralatan dapur lainnya, sehabis dicuci lalu dikeringkan, dengan cara sebagai berikut: untuk mengeringkan kuali, dikaitkan di paku yang terletak di dinding dapur. Biasanya seluruh jenis peralatan yang ada telinga nya akan dikaitkan pada paku di dinding tersebut. Sedangkan untuk mengeringkan periuk, belanga, dan peralatan yang ukuran agak besar, diletakkan di atas panggung perapian dengan posisi tertelungkup. Denga posisi tertelungkup tersebut, peralatan akan kering cepat apalagi di tambah panasnya api dari bawah panggung tersebut. Hal seperti ini termasuk cara mengeringkan “gerigiak” atau tempat air yang terbuat dari seruas bamboo. Jika gerigiak ini tidak kering dengan sempurna, apabila dipakai, atau diisi air lain kalinya, akan menimbulkan bau yang tidak enak atau mungkin saja menggangu kesehatan.