KAIN LANTUNG

TEKNOLOGI TRADISIONAL

Secara umum, belum ada sumber yang menjelaskan secara pasti kapan dan di mana kain lantung pertama kali diciptakan. Kain ini mulai dikenal sekitar tahun 1943, ketika Jepang menduduki Indonesia dan masyarakat kesulitan mendapatkan pakaian. Akibatnya, muncul ide untuk membuat kain lantung sebagai alternatif pengganti kain katun.

Kain lantung dibuat dari kulit pohon yang dipukul-pukul menggunakan alat bernama prikai hingga menjadi lembaran tipis. Ada beberapa jenis pohon yang digunakan untuk bahan kain lantung, seperti pohon karet hutan, ibuh, dan trap. Namun, pohon karet hutan sulit ditemukan karena pertumbuhannya yang lambat, sehingga masyarakat mulai menggunakan pohon ibuh dan trap yang lebih cepat tumbuh. Hasil kain dari pohon ibuh berwarna putih, sedangkan dari trap berwarna coklat tua atau krem. Teknik dan proses pengolahan kain lantung dari kulit kayu pohon seperti karet hutan, ibuh, trap, dan kedui yang sudah tua. Langkah pertama adalah menebang pohon, membersihkan dan memotong kulit kayu sesuai ukuran yang diinginkan. Lembaran kulit kemudian diproses dengan alat yang disebut perikai, yaitu alat pemukul dari tanduk kerbau atau kayu keras. Kulit kayu dipukul hingga lebar, tipis, dan halus menjadi kain. Setelah itu, kain dijemur di tempat teduh. Kain lantung dapat digunakan untuk membuat pakaian atau barang lainnya.